Nafsu ammarah ini akan reda jua

Seganas mana pun api yang marak itu, ia akhirnya dapat dijinakkan. Begitu juga dengan ammarah ku. Aku tak akan selamanya marah dengan apa yang telah orang lakukan terhadapku, kerana aku akhirnya akan binasa kerana kemarahanku sendiri.

Mungkin aku benar-benar binasa, atau mungkin juga akan datang kepadaku pertolongan yang dapat menjinakkan api kemarahanku ini. Tak siapa tahu bila saatnya...

Sebagian besar kendali terhadap api, yang terjadi di tangan seseorang, pada akhirnya api itu dapat dijinakkan. Api yang liar dan rakus, makan segala sesuatu yang berada di jalannya, pada akhirnya akan padam. Hal yang sama berlaku untuk kemarahan. Kemarahan yang berapi dalam hati, api yang membakar setiap inci kedamaian dan kesabaran, pada ak. Aku tidak akan pernah marah dengan apa yang telah dilakukan orang terhadapku karena aku tahu jika aku terus marah, aku sendiri yang akan hancur.

Kemarahan yang dibiarkan menjalar hanya akan menjadi racun yang merusak diri sendiri. Tidak hanya hubungan dengan orang-orang di sekitar rusak, tetapi juga luka hati yang tidak mungkin sembuh. Tapi, saya juga percaya bahwa tidak semua api kemarahan itu sama.

Mungkin saya akan hancur benar-benar di bawah tekanan emosi ini, atau mungkin juga, berikutnya, akan ada semacam bantuan, kekuatan yang akan menjinakkan nyala api emosi di dalam diri saya sendiri. Tidak ada yang tahu kapan itu akan terjadi, tetapi saya tahu bahwa dengan kesabaran dan kearifan, api kemarahan ini bisa meredup, digantikan dengan kedamaian yang baru. Dalam proses itu, saya menyadari bahwa kemarahan adalah perasaan alami, tetapi kita tidak boleh membiarkan perasaan itu sepenuhnya menjalankan kita. Kita harus belajar bagaimana cara menjinakkannya, bagaimana meredakannya sebelum membara dalam diri kita. Seperti api yang harus dikendalikan supaya tidak membakar dengan tak terkendali, kemarahan juga harus diproses dengan bijaksana.

Ulasan